Proposal Skripsi Matematika Model Pembelajaran Guide Note Taking
A. Judul
Penerapan Model GNT (Guide Note Taking) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan Operasi Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.
Masalah
1.
Latar Belakang Masalah dan Pengajuan Judul
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi secara cepat sangat berpengaruh
besar dengan sistem pendidikan di Indonesia. Demikian pula perhatian pemerintah
terhadap peningkatan mutu pendidikan pun sangat besar, seperti diamanatkan
oleh Undang–Undang Dasar 1945 dan Undang–Undang No 2
tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Sejalan dengan kemajuan tersebut membawa pengaruh di sekolah–
sekolah, terutama bidang kurikulum, penilaian pendidikan, metode, dan media
atau sarana pengajaran. Media pengajaran tersebut merupakan salah satu dari
komponen pengajaran yang mendukung keberhasilan dalam proses belajar
mengajar, karena merupakan komponen pengajaran yang berpengaruh pada Proses Belajar
Mengajar dan saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan.
Kurikulum KTSP memberikan petunjuk bahwa
proses belajar mengajar yang dilakukan, tidak hanya merupakan komunikasi satu
arah saja, tetapi merupakan komunikasi dua arah bahkan multi arah. Dalam proses
belajar mengajar, guru maupun siswa dituntut agar sama-sama aktif. Siswa dibiasakan tidak
hanya menerima informasi dari guru saja, melainkan diajak belajar
mendapatkan informasi, mengelola, mempergunakan dan mengkomunikasikan perolehan
itu.
Hasil pengamatan peneliti di Madrasah
Ibtidaiyah Mathla’ul Anwar Sukabakti Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak bahwa
masih banyak siswa kelas V yang masih rendah tingkat kemampuan dasar
berhitungnya, terutama operasi bilangan bulat, bahkan perolehan nilai rata-rata
kelas dalam ulangan harian selama siswa masih berada di kelas V adalah 58. Apabila dibandingkan dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk pelajaran matematika yang ditetapkan
sekolah yang bersangkutan, yaitu 60, maka kenyataan tersebut menunjukkah masih
rendahnya hasil belajar matematika siswa. Di samping itu, dari hasil wawancara
dengan guru dikatakan bahwa ketika proses belajar mengajar pelajaran matematika
berlangsung siswa sibuk dengan urusannya masing-masing, ini menunjukkah bahwa
aktivitas belajar siswa masih rendah.
Oleh sebab itu diperlukan usaha-usaha
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika siswa, khususnya
pada operasi bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran yang
melibatkan keaktifan siswa dan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Salah
satunya dengan penerapan model pembelajaran Guide Note Taking.
Peningkatan pengajaran matematika di sekolah, banyak cara yang
dilakukan guru. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam
mempelajarai materi yang diajarkan. Pembelajaran matematika bisa berhasil dengan baik, apabila guru
merancang proses belajar mangajar yang melibatkan siswa aktif, mental dan
fisiknya dalam belajar matematika.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian mengunakan
strategi Guide Note-taking atau catatan terbimbing. Strategi Guide
Note-taking atau catatan terbimbing adalah merupakan salah satu strategi
pembelajaran active lerning yang dipilih untuk membantu penyampaian
materi ajar dengan menggunakan hand-out.
Dari pemaparan di atas, dalam penelitian ini
peneliti memilih judul: “Penerapan Model GNT (Guide Note Taking) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan Operasi Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012”.
2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan
diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:
1)
Apakah yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar matematika siswa?
2)
Faktor
apa sajakah yang
dapat mempengaruhi hasil
belajar
matematika
siswa?
3)
Apakah minat belajar dapat mempengaruhi hasil
belajar matematika siswa?
4)
Apakah yang
menyebabkan masih rendahnya minat siswa terhadap
pembelajaran matematika?
5)
Apakah yang menyebabkan masih rendahnya
tingkat pemahaman siswa terhadap konsep operasi
bilangan bulat?
6)
Apakah yang menyebabkan rendahnya aktivitas
belajar siswa?
7)
Apakah penggunaan model
pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar siswa dan pemahaman konsep operaasi bilangan bulat?
8)
Apakah model pembelajaran Guide Note Taking
dapat meningkatkan minat belajar siswa?
9)
Apakah penggunaan model pemblejaran Guide
Note Taking dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?
10)
Apakah penggunaan model pembelajaran Guide Note Taking dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa dalam pokok
bahasan operasi bilangan bulat?
3.
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang dilakukan lebih efektif,
efesien, terarah, dan dapat dikaji. Dalam penelitian ini dibatasi pada tiga
permasalahan, yaitu:
1) Aktivitas belajar siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten
Lebak Tahun
Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan
strategi Guide Note Taking.
2) Hasil belajar matematika siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten
Lebak Tahun
Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan
strategi Guide Note Taking.
3) Pengaruh
penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pokok bahasan operasi bilangan
bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak
tahun
pelajaran 2011/2012.
4.
Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah aktivitas belajar siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti
Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan
strategi Guide Note Taking?
2) Bagaimanakan hasil belajar matematika siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar
Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan
strategi Guide Note Taking?
3) Apakah
terdapat pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pokok bahasan operasi
bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak
tahun
pelajaran 2011/2012?
5.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a.
Tujuan penelitian
Bersarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Ingin mengetahui aktivitas belajar siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar
Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan
strategi Guide Note Taking.
2) Ingin mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar
Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan
strategi Guide Note Taking.
3) Ingin
mengetahui pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pokok bahasan operasi
bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak
tahun
pelajaran 2011/2012.
b.
Kegunaan penelitian
Sedangkan kegunaan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pendidik
a. Memberikan
kesempatan guru lebih menarik siswa dalam proses belajar mengajar serta
memungkinkan guru dan siswa lebih mengenal benda konkret sebagai sarana
belajar.
b. Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat
memperbaiki dan
meningkatkan sistem pembelajaran di kelas,sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan untuk mengatasi rasa kebosanan siswa dalam belajar
matematika.
2.
Bagi Siswa
a.
Menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah,
kemampuan bekerja sama, dan kemampuan berkomunikasi serta mengembangkan
ketrampilan berpikir tinggi siswa.
b.
Meningkatkan motivasi dalam belajar matematika
sehingga dapat menumbuhkan minat belajar yang pada gilirannya akan membawa
pengaruh yang positif yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar yang baik
serta penguasaan konsep dan ketrampilan yang lainnya.
c.
Potensi siswa dapat lebih ditumbuhkembangkan agar menjadi lebih
baik.
3.
Bagi sekolah
a.
Sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
b.
Agar dapat mengakomodir kebutuhan sarana dan
prasarana pendukung berjalannya proses belajar mengajar.
4.
Bagi Peneliti
a.
Akan diperoleh pemecahan permasalahan dalam penelitian sehingga akan didapatkan suatu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b.
Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam
melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan
khususnya tentang konsep matematika yang telah dapat diterapkan saat mereka
terjun dilapangan. Dengan kata lain, mahasiswa siap mengembangkan profesinya
sekaligus meneliti.
C.
Deskripsi Teoritis
1.
Hakikat dari Variabel Y
a.
Teori Belajar
Teori-teori belajar kaitannya dengan proses
belajar banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ilmu jiwa, antara lain:
1)
Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya
(Nasution, 2001:53) mengemukakan
bahwa, dimana teori
ini jiwa
manusia terdiri dari berbagai daya, masing-masing daya
dapat dilatih untuk pemenuhan fungsi seperti daya ingat, daya khayal,
daya pikir dan sebagainya. Daya–daya tersebut dapat dilatih yang penting
dalam pelatihan daya bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan
hasil dari pembentukan daya–daya tersebut.
Selanjutnya (Nasution, 2001:55) menyatakan bahwa menurut teori ini pendidikan adalah
apa yang tinggal, ialah hasil pembentukan daya itu. Bahan
pelajaran tidak penting namun dengan daya yang telah terbentuk kita mudah mempelajari
bahan pelajaran baru.
2)
Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Menurut (Aqib, 2010:44), menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari
asosiasi dari berbagai tanggapan yang masuk ke dalam jiwa kita. Asosiasi itu
biasanya terbentuk berkat adanya hubungan stimulus-response, disingkat S
– R, menurut pandangan ini, belajar berarti membentuk hubungan-hubungan stimulus-response
dan melatih hubungan itu agar bertalian erah. Belajar demikian sifatnya
mekanis, seperti mesin dan akhirnya akan terbenruk kebiasaan-kebiasaan dan
sejumlah ilmu pengetahuan. Penyelidik aliran ini adalah E.L. Thorndike.
3)
Teori Belajar Menurut Ilmu Gestalt
(Purwanto, 2010:100) mengemukakan teori ini seringkali pula disebut
field theory atau insight full learning. Pendirian aliran
ini bahwa keseluruhan dari yang lain lebih penting dari pada
bagian-bagiannya. Bahwa manusia adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan dalam
arti individu bertindak atas berbagai pengaruh, baik dari dalam ataupun
dari luar individu.
Aliran ilmu
jiwa Gestalt memberikan beberapa prinsip belajar yang berharga,
antara lain:
i)
Manusia bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik,
emosional,
sosial.
ii)
Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungannya
iii)
Belajar berkembang sebagai keseluruhan dari masih dalam kandungan.
iv)
Belajar yaitu perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas.
v)
Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan memperoleh insight.
vi)
Belajar tidak mungkin tanpa kemauan untuk belajar.
vii)
Belajar berhasil kalau ada tujuan yang mengandung arti bagi
individu.
viii)
Dalam proses belajar anak senantiasa merupakan suatu oragnisme yang aktif.
4)
Teori Belajar Menurut Teori Piaget
Menurut
Muhibbin Syah (2001:144), teori Piaget yang membicarakan perkembangan
kognitif, perkembangan dari tahapan sensorimotor (0–2 tahun),
praoperasional (2–7 tahun), operasional konkret (7–12 tahun) dan operasional
foral (12– 5 tahun).
b.
Pengertian Belajar
Mengenai pengertian belajar, berikut ini penulis mengutip pendapat para
ahli tentang definisi belajar sebagai berikut:
1)
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:121) mengemukakan bahwa:
Suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan perkataan lain,
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
2)
Menurut (Slameto, 1995:2) berpendapat bahwa,
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
3)
Menurut (Surya, 1989:3) mengemukakan bahwa,
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”.
4)
Menurut
(Mc Connel, 1989:27) mendefinisikan belajar bahwa,
“Belajar adalah pemodifikasian tingkah laku melalui pengalaman dan latihan”.
Dari definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam tingkah
laku individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya melalui pengalaman dan latihan.
c.
Pengertian Hasil Belajar Matematika
Perolehan pengetahuan sebagai hasil belajar matematika dapat
dilihat dari kemampuan menfungsionalkan matematika, baik secara konseptual
maupun secara mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Hasil belajar adalah hasil
yang dicapai seseorang dalam waktu tertentu atau dengan perkataan lain hasil
perubahan tingkah laku dalam waktu tertentu.
Definisi tentang hasil belajar yang diberikan
oleh (Suharsimi Arikunto, 1997:269) , “adalah tingkat pencapaian yang telah
dicapai oleh anak didik atau siswa terhadap tujuan yang ditetapkan oleh
masing-maing bidang studi setelah mengikuti program pengajaran dalam waktu
tertentu”.
(Wirawan, 1996:202) menyatakan bahwa, “prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya sebagian dinyatakan
dengan nilai-nilai dalam buku raportnya”.
Sedangkan menurut (Alwi,
2001:17) yang dimaksud dengan, “hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh murid dalam bidang
studi tertentu yang diukur dengan menggunakan tes standar sebagai pengukur
keberhasilan belajar seseorang”.
Sehingga dengan memperhatikan pengertian hasil
belajar yang dikemukakan para ahli di
atas, maka dapat didefinisikan bahwa hasil belajar adalah adalah hasil yang dicapai
seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan dengan nilai-nilai yang diukur
dengan menggunakan tes standar sebagai pengukur keberhasilan belajar seseorang.
Dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Departemen
Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005: 215) disebutkan bahwa, “Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema
yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam
bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran”.
(Nugroho, 1990:198) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan
tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Matematika merupakan
alat dan bahasa dasar banyak ilmu”.
Sedangkan (Ruseffendi, 1998:260) menyatakan bahwa: “Matematika
timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran”.
Dengan demikian, maka hasil belajar matematika
adalah tingkat pencapaian yang telah dicapai oleh anak didik atau siswa
terhadap tujuan yang ditetapkan oleh bidang studi matematika setelah mengikuti
program pengajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan tes standar sebagai
pengukur keberhasilan belajarnya.
2.
Hakikat dari Variabel X
a.
Proses Pengajaran
Siskandar (2004:1) menyatakan bahwa: “pembelajaran adalah upaya menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan
peserta didik (siswa) yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dan siswa, serta siswa dengan siswa”. Proses
pengajaran adalah kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa untuk
mencapai tujuan pengajaran.
Menurut (Kemp, 1994:12) mengemukakan bahwa
“Proses pengajaran akan berhasil jika siswa memikul tanggung jawab utama dalam
pencapaian semua tujuan pengajaran”. Tujuan pengajaran tersebut akan dapat
tercapai jika anak didik atau siswa berusaha secara aktif untuk mencapainya.
Keaktifan anak didik tidak hanya dituntut dari segi fisik tetapi dari segi
kejiwaan. Pelaksanaan proses pengajaran di dalam kelas merupakan salah satu
tugas utama guru sehingga terjadi komunikasi dengan baik antara guru sebagai pengajar
dan siswa sebagai pembelajar. Belajar mengajar merupakan dua kegiatan yang amat
berbeda, tetapi antara keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lain.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suherman dan
Winataputra (1992:17), bahwa :
Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila terjadi
transfer belajar yaitu materi pengajaran yang disajikan oleh guru dapat diserap
ke dalam struktur kognitif siswa, siswa dapat menguasai materi tersebut tidak
hanya terbatas pada ingatan tanpa pengertian (Rote Learning) tetapi bahan
pelajaran dapat diserap secara bermakna.
Dalam kegiatan belajar mengajar, masih sering ditemui kurangnya
keterlibatan siswa sehingga siswa lebih bersifat pasif yang menyebabkan banyak
siswa yang tergantung pada materi yang disajikan oleh guru dari pada menemukan
sendiri pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang mereka butuhkan. Tugas guru
didalam melaksanakan proses pengajaran bukan saja sebagai penyaji materi dan
sumber informasi tetapi juga sebagai fasilitator dan motivator. Guru dituntut
kemampuannya untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar secara
optimal dalam proses belajar mengajar sehingga siswa terlibat secara aktif dan
ikut mengambil bagian didalamnya.
b. Metode Belajar Aktif
Menurut (Silberman, 2006:66), pembelajaran aktif (active learning) adalah
segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam
proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun
siswa dengan guru dalam proses pembelajaran tersebut. Selanjutnya menurut (Bonwell, 1995:34), pembelajaran
aktif (active learning) memiliki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut:
1)
Penekanan
proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh guru melainkan pada
pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau
permasalahan yang dibahas.
2)
Siswa tidak
hanya mendengarkan pelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang
berkaitan dengan materi.
3)
Penekanan pada
eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi.
4)
Siswa lebih
banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi.
5)
Umpan-balik
yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Lebih 2400 tahun lalu, Konfusius (dalam Silberman, 2002) menyatakan 3 pernyataan sederhana yang mengungkapkan
pentingnya belajar aktif yaitu:
1)
Yang saya dengar, saya lupa
2)
Yang saya lihat, saya ingat
3)
Yang saya kerjakan, saya paham
Pernyataan ini dimodifikasi oleh (Mel
Silberman, 2002:54) dan diperluas menjadi paham belajar aktif (Active Learning Credo):
1)
Yang saya dengar, saya lupa
2)
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
3)
Yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau
diskusikan dengan orang lain yang saya mulai
pahami
4)
Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan
terapkan saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan
5)
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya
kuasai
Belajar tidaklah cukup hanya dengan
mendengarkan atau melihat sesuatu. Tetapi akan lebih baik lagi jika siswa dapat
melakukan sesuatu terhadap informasi itu, dan dengan demikian siswa bisa
mendapatkan umpan balik tentang seberapa bagus pemahamannya. Pendapat ini
diperkuat oleh Jhon Holt (dalam Silberman, 2006) yang menyatakan bahwa proses
belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal berikut ini:
1)
Mengemukakan kembali informasi dengan
kata-kata mereka sendiri.
2)
Memberikan contoh
3)
Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi
4)
Melihat kaitannya antara informasi itu dengan
fakta atau gagasan lain
5)
Menggunakannya dengan beragam cara
6)
Memprediksikan sejumlah konsekuensinya.
7)
Menyebutkan lawan atau kebalikannya
Tanpa kesempatan untuk mendiskusikan,
mengajukan pertanyaan, bekerja, dan bahkan mungkin mengajarkan rekan sesama
siswa, pembelajaran yang hakiki tidak akan terjadi. Pembelajaran
aktif dapat meningkatkan minat siswa, (Silberman, 2002:56)
menyatakan, “When learning is active, the learner is seeking something. He
or she wants an answer to a question, needs information to solve a problem, or
is searching for a way to do a job”.
c. Model
Pembelajaran Guide Note Taking (GNT)
Strategi Guided
Note Taking merupakan strategi yang menggunakan pendekatan pembelajaran
akitf (active learning). Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan
untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik,
sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran
aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian
siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
(Zainal Muttaqien, 2010:22) mengemukakan bahwa strategi Guided Note
Taking adalah strategi pembelajaran yang meski dalam pelaksanaannya tidak
dapat dipisahkan dari metode ceramah namun strategi ini cocok digunakan untuk
memulai pembelajaran dan menghadirkan suasana belajar yang aktif sehingga
peserta didik akan terfokus perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan
dikembangkan dan materi yang berhubungan dengan kompetensi serta tujuan yang
telah dirancang. Strategi ini
juga dapat meminimalisasi kelemahan-kelemahan dari metode ceramah, yakni sebuah
metode yang hanya mengandalkan indera pendengaran sebagai alat belajar yang
dominan.
Selanjutnya (Wina Sanjaya, 2005:34) mengemukakan bahwa strategi Guided
Note Taking atau catatan terbimbing adalah salah satu strategi untuk
mengaktifkan kelas, dimana seorang guru menyiapkan media berupa bagan atau
skema (handout), yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan ketika
seorang guru sedang menjelaskan pelajaran dengan metode ceramah.
Menurut (Fatmawati, 2010:10) langkah-langkah
pembelajaran model pembelajaran Guide Note Taking adalah sebagai
berikut:
1)
Memberikan ringkasan poin-poin utama dari materi pelajaran yang akan
disampaikan.
2)
Kelompokkan siswa dengan anggota minimal dua orang atau perbangku.
3)
Bagikan bahan ajar (handout) yang sudah dibuat pada tiap kelompok.
4)
Mengkondisikan kelas dengan suasana yang hangat agar siswa tetap
fokus.
5)
Memberi materi pengait sesuai materi yang akan dibahas.
6)
Sampaikan materi secara sistematis sesuai handout yang
diberikan dengan memanfaatkan alat peraga yang ada.
7)
Mengajak siswa berperan dalam penggunaan alat peraga.
8)
Membimbing siswa untuk menyampaikan ide dan menyimpulka dari
apa yang diperoleh.
9)
Guru dan siswa menganalisis suatu kasus.
D.
Kerangka Berpikir Dan Pengajuan Hipotesis
1.
Hubungan antara variabel X dengan Y
Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran matematika bisa
diamati dari keberhasilan siswa. Keberhasilan itu sendiri dapat dilihat dari tingkah
laku siswa, pemahaman dan penguasaan materi serta pencapaian hasil
yang dapat dilihat dari perolehan nilai tes. Namun pada kenyataannya hasil
yang dicapai masih rendah. Kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran
ini, bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti penyampaian materi ajar
yang kurang menarik dari guru, keterbatasan waktu, pengelolaan kelas yang
kurang terprogram dan kondisi kelas yang tidak memungkinkan. Sehingga akan mempengaruhi konsentrasi siswa untuk menerima pelajaran.
Selain itu, dilihat dari segi strategi
pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih mengikuti metode-metode yang pada
umumnya monoton. Sehingga memberikan situasi yang sama terhadap siswa dan
akhirnya menimbulkan ketidaktanggapan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Belajar mengajar yang kurang optimal akan menyebabkan rendahnya hasil belajar. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor eksternal adalah faktor yang
datang dari luar siswa atau faktor lingkungan dan faktor internal adalah faktor
yang ada dalam diri siswa.
Dalam pemilihan model pembelajaran harus tepat dan perlu pemikiran
dan penerapan yang matang. Agar tujuan pembelajaran matematika dapat terwujud,
maka perlu suatu perencanaan dalam pembelajaran matematika di kelas dan metode
pembelajaran yang sesuai. Salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam setiap pengajaran pada umumnya dan pada pelajaran
matematika khususnya, diperlukan berbagai macam modal pembelajaran. Dalam hal
ini digunakan model pembelajaran Guide Note
Taking,
karena dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan dengan permasalahan yang mengandung teka-teki sehingga
membangkitkan rasa ingin tahunya untuk melakukan penyelidikan dan dapat
menemukan sendiri jawabannya, dengan adanya panduan
dari guru.
Dengan demikian siswa akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif
terhadap pembelajaran matematika sehingga minatnya dalam mempelajari matematika
semakin besar dan pada akhirnya peningkatan hasil belajar siswa dapat tercapai.
2.
Hipotesis Penelitian
Dari berbagai penjelasan dan pemaparan di
atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
a.
Hipotesis kerja H1
Terdapat
pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pokok bahasan operasi
bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak
tahun
pelajaran 2011/2012.
b.
Hipotesis Nihil H0
Terdapat
pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pokok bahasan operasi
bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak
tahun
pelajaran 2011/2012.
E.
Metode Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih subyek
penelitian adalah siswa MI Mathla’ul Awar Sukabakti Kabupaten Lebak, sedangkan
waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2011/2012 selama kurang lebih satu bulan yakni dari pertengahan Juli
hingga pertengahan Agustus 2011.
2.
Populasi dan Sampel
a.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012, yang terdiri atas kelas V A sebanyak 30 siswa dan kelas V B sebanyak 30
siswa.
b. Sampel
Arikunto (1997:120) menjelaskan bahwa, “Apabila subjeknya kurang dari 100
lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya
jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %, atau 20-25% atau
lebih”.
Dengan demikian, maka pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling. Sehingga dalam hal ini sampel penelitiannya adalah seluruh siswa kelas
V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012, yaitu
kelas V A sebanyak 30 siswa terdiri atas 14 laki-laki dan 15 perempuan dan
kelas V B sebanyak 30 siswa terdiri atas 13 laki-laki dan 17 perempuan.
Kemudian dari kedua kelas tersebut ditentukan kelompok eksperimen yaitu kelas V
A dan kelompok kontrol yaitu kelas V B.
3.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu
suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua
faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti. Desain eksperimen dalam
penelitian ini menggunakan model Two Group Posttest Only Design
Experiment (Arikunto, 2005: 212), yaitu eksperimen yang
dilaksanakan pada dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dimana perlakuan dan pos tes
diberikab pada kelompok eksperimen sementara pada kelompok kontrol hanya
mendapatkan pos tes.
4.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Metode dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data awal mengenai identitas siswa dan nilai nilai ulangan matematika pada saat siswa yang
bersangkutan masih berada di kelas IV.
b.
Metode tes
Metode ini
digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan antara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen setelah diadakan perlakuan yang berbeda. Bentuk tes
yang digunakan adalah tes obyektif. (Suherman, 1993:75-76) mengemukakan kelebihan tes
obyektif sebagai berikut:
1)
Hasil pemeriksaan bersifat obyektif
2)
Ruang lingkup materi yang diujikan lebih menyeluruh sehingga cukup
representatif mewakili materi yang telah dipelajari siswa.
3)
Jawaban yang benar sudah tertentu dan pasti
4)
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat
5) Ketidakmampuan
tes dalam bagian-bagian tertentu pada sebuah konsep/ topik lebih mudah dikenali
secara langsung dari jawaban butir soal yang salah.
c. Lembar
Observasi
Metode ini digunakan untuk
mendapatkan informasi mengenai aktivitas belajar siswa serta proses pembelajaran
dengan model Guided Note Taking dilaksanakan.
5.
Teknik Analisis Data
Dalam hal ini, teknik analisis data yang digunakan adalah melakukan pengujian pengaruh implementasi model Guided Note Taking dalam pembelajaran
pokok bahasan operasi bilangan bulat pada siswa dengan
jalan membandingkan hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol dengan
menggunakan uji-t.
Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a.
Analisis Instrumen
1)
Analisis Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau keabsahan suatu instrumen Arikunto (2000). Suatu
alat pengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur
tersebut dapat mengukur yang hendak diukur dengan tepat. Dalam hal ini untuk menghitung koefisien validitas digunakan rumus korelasi product
moment sebagai berikut:
keterangan:
rxy = koefisien validitas butir
soal
N = banyak siswa peserta tes
X = jumlah skor item
Y = jumlak skor total
Kriteria analisis validitas tes yaitu setelah
didapatkan harga rxy kemudian harga rxy tersebut dikonsultasikan
dengan harga r product moment pada tabel, dengan taraf signifikan 5%. Apabila rxy >
rtabel,
maka butir soal valid. (Arikunto,
1997:162).
2)
Analisis Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan terhadap suatu
instrumen sebagai alat pengumpul data, instrumen yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya dan mantap.
Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen dapat
digunakan beberapa rumus, sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan. Dalam
penelitian ini reliabilias ditentukan dengan menggunakan rumus Kuder
dan Richardson (K-R 20). Rumus K-R 20 digunakan untuk
menentukan reliablitas suatu instrumen yang skornya 1 dan 0 misalnya soal
objektif.
Dengan:
n = banyak sampel
pi = proporsi subyek yang menjawab
benar pada butir soal ke-i
qi = proporsi subyek yang menjawab
salah pada butir soal ke-i
jadi qi = 1 - pi
= varians skor total
(Arikunto, 1997: 160)
Kriteria analisis validitas tes yaitu setelah
didapatkan harga r11 kemudian harga r11 tersebut dikonsultasikan
dengan harga r product moment pada tabel, dengan taraf signifikan 5%. Apabila r11 >
rtabel,
maka butir soal tersebut reliabel. (Arikunto,
1997: 155).
3)
Analisis Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk mempertinggi siswa memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba
lagi.
Untuk mengetahui apakah suatu soal tergolong
mudah atau sukar untuk digunakan suatu bilangan. Bilangan yang menunjukkan
sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty indeks).
Indeks kesukaran dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini:
Dengan:
P = Tingkat kesukaran soal
B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar
item tersebut
JS = Banyak siswa yang mengikuti tes
Dengan kriteria:
0,00 ≤ P < 0,30 : soal dikatakan sukar
0,30 ≤ P < 0,70 : soal dikatakan sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah
(Arikunto, 1997: 210)
4)
Analisis Daya Pembeda
Menurut (Arikunto, 1997:216), “daya pembeda soal adalah kemampuan
suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang
pandai”. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda soal disebut indeks
diskriminasi (D). Indeks diskriminasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Dengan:
DP = daya pembeda soal
JA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota
kelompok atas
JB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota
kelompok bawah
BA = banyaknya
peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas menjawab item tertentu dengan
benar
BB = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota
kelompok bawah dan menjawab item tertentu dengan benar.
PA = proporsi peserta tes kelompok atas yang
menjawab item tertentu dengan benar
PB = proporsi peserta tes kelompok bawah yang
menjawab item tertenti dengan benar
Kategori yang digunakan adalah:
0,00 - 0,20 : jelek
0,20 - 0,40 : cukup
0,40 - 0,70 : baik
0, 70 - 1,00 : baik sekali
(Arikunto, 1997: 213)
b.
Analisis Data
1.
Uji Prasyarat Analisis
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data.
1)
Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji kenormalan
data. Rumus yang digunakan adalah statistik uji chi kuadrat sebagai berikut:
Dengan,
: chi kuadrat
: frekuensi yang diobservasi
: frekuensi yang
diharapkan
(Arikunto, 1997:290)
Kriteria uji normalitas yaitu setelah didapatkan
harga χ2 hitung kemudian χ2 hitung tersebut dikonsultasikan dengan
harga χ2 tabel dengan derajat
kebebasan dk = K–3 dan
taraf signifikansi α = 5%. Apabila dari hasil perhitungan didapatkan χ2hitung <
χ2tabel maka
data yang diuji adalah berdistribusi normal.
2)
Uji Homogenitas.
Uji homogenitas bertujuan
untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak.
Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut
dikatakan homogen. Pengujian dilakukan
dengan uji Fisher (uji F) sebagai berikut:
dengan,
F : homogenitas yang dicari
MKk : Mean Kuadrat Kelompok
MKd : Mean Kuadrat Dalam
(Arikunto, 1997:293)
Kriteria uji homogenitas yaitu setelah didapatkan
harga Fhitung kemudian Fhitung tersebut dikonsultasikan dengan harga Ftabel yang mempunyai dk pembilang
sebesar (nb – 1) dan dk penyebut (nk – 1) serta taraf signifikansi α = 5%. Apabila Fhitung < Ftabel maka
berarti kelompok ekperimen dan kelompok kontrol yang ditetapkan berasal dari
populasi yang memiliki variansi yang relative sama.(Arikunto, 1997).
2.
Pengujian Hipotesis
Dalam hal ini uji statistik yang digunakan adalah uji
statistik uji-t untuk satu pihak (pihak kanan). Adapun langkah-langkah dalam
melakukan pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis yang akan diujikan dalam uji-t ini adalah
sebagai berikut:
Ho : μ1≤ μ2
Ha : μ1 > μ2
μ1 : rata-rata data kelompok
eksperimen
μ2 : rata-rata data kelompok
kontrol
Untuk menguji ada tidaknya perbedaan dari kedua
kelompok baik prestasi belajarnya diuji menggunakan uji t dengan rumus:
Dengan,
Keterangan:
: rata-rata nilai kelompok eksperimen
: rata-rata
nilai kelompok kontrol
: simpangan baku
: standar deviasi pada kelompok eksperimen
: standar deviasi pada kelompok kontrol
: banyak subjek
kelompok eksperimen
: banyak subjek
kelompok kontrol
(Sudjana,
2001:293)
Dari thitung yang diperoleh
kemudian dikonsultasikan dengan ttabel yang memiliki derajat
kebebasan dk = N1 + N2 - 2 dan taraf signifikansi α = 5%.
Kriteria pengujian adalah tolak hipotesis nol jika thitung >
ttabel.
6.
Statistik Hipotesis Penelitian (Secara
Matematika)
statistik hipotesis penelitian yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:
Ho : μ1≤ μ2
Ha : μ1 > μ2
μ1 : rata-rata data kelompok
eksperimen
μ2 : rata-rata data kelompok
kontrol
Keterangan:
H0 = Tidak terdapat
pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pokok bahasan
operasi bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar
Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran
2011/2012.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pokok
bahasan operasi bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar
Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran
2011/2012.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu
dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran.
Surabaya: Insan Cendikia.
Arikunto, Suharsimi.
1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
_______ Suharsimi. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Conel, Mc.
1998. Pengembangan MKDK. Semarang : KIP
Departemen
Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Departemen
Agama RI.
Fatmawati, Dani. 2010. Penggunaan Strategi Guide Note-Taking Dengan Mengoptimalkan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dan Pemahaman Konsep Kubus
Dan Balok. Skripsi. UMS Surakarta: Tidak diterbitkan,
Nasution. 1982.
Diktat Azas-Azas Mengajar. Bandung: Janer.
Nugroho, E. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: Cipta Adi Pustaka.
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Pskologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Prenada Media Group.
Silberman,
Melvin L. 2002. Active learning: 101 Cara Belajar Aktif. Bandung: Nusamedia.
Slameto. 1995,
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
Sudjana, Nana.
1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suherman, Erman.
1992. Sistem Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.
Syah,
Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin S. 1998. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
0 comments:
Post a Comment