RSS
Facebook
Twitter

Proposal Skripsi Matematika Model Pembelajaran Guide Note Taking



A.     Judul
Penerapan Model GNT (Guide Note Taking) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan Operasi Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.     Masalah
1.      Latar Belakang Masalah dan Pengajuan Judul
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi secara cepat sangat berpengaruh besar dengan sistem pendidikan di Indonesia. Demikian pula perhatian pemerintah terhadap peningkatan mutu pendidikan pun sangat besar, seperti diamanatkan oleh Undang–Undang Dasar 1945 dan Undang–Undang No 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Sejalan dengan kemajuan tersebut membawa pengaruh di sekolah– sekolah, terutama bidang kurikulum, penilaian pendidikan, metode, dan media atau sarana pengajaran. Media pengajaran tersebut merupakan salah satu dari komponen pengajaran yang mendukung keberhasilan dalam proses belajar mengajar, karena merupakan komponen pengajaran yang berpengaruh pada Proses Belajar Mengajar dan saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan.
Kurikulum KTSP memberikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan, tidak hanya merupakan komunikasi satu arah saja, tetapi merupakan komunikasi dua arah bahkan multi arah. Dalam proses belajar mengajar, guru maupun siswa dituntut agar sama-sama aktif. Siswa dibiasakan tidak hanya menerima informasi dari guru saja, melainkan diajak belajar mendapatkan informasi, mengelola, mempergunakan dan mengkomunikasikan perolehan itu.
Hasil pengamatan peneliti di Madrasah Ibtidaiyah Mathla’ul Anwar Sukabakti Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak bahwa masih banyak siswa kelas V yang masih rendah tingkat kemampuan dasar berhitungnya, terutama operasi bilangan bulat, bahkan perolehan nilai rata-rata kelas dalam ulangan harian selama siswa masih berada di kelas V  adalah 58. Apabila dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk pelajaran matematika yang ditetapkan sekolah yang bersangkutan, yaitu 60, maka kenyataan tersebut menunjukkah masih rendahnya hasil belajar matematika siswa. Di samping itu, dari hasil wawancara dengan guru dikatakan bahwa ketika proses belajar mengajar pelajaran matematika berlangsung siswa sibuk dengan urusannya masing-masing, ini menunjukkah bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah.
Oleh sebab itu diperlukan usaha-usaha meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika siswa, khususnya pada operasi bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Salah satunya dengan penerapan model pembelajaran Guide Note Taking.
Peningkatan pengajaran matematika di sekolah, banyak cara yang dilakukan guru. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam mempelajarai materi yang diajarkan. Pembelajaran matematika bisa berhasil dengan baik, apabila guru merancang proses belajar mangajar yang melibatkan siswa aktif, mental dan fisiknya dalam belajar matematika.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian mengunakan strategi Guide Note-taking atau catatan terbimbing. Strategi Guide Note-taking atau catatan terbimbing adalah merupakan salah satu strategi pembelajaran active lerning yang dipilih untuk membantu penyampaian materi ajar dengan menggunakan hand-out.
Dari pemaparan di atas, dalam penelitian ini peneliti memilih judul: “Penerapan Model GNT (Guide Note Taking) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan Operasi Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012”.
2.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:
1)      Apakah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa?
2)      Faktor   apa    sajakah    yang    dapat    mempengaruhi    hasil    belajar
matematika siswa?
3)      Apakah minat belajar dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa?
4)      Apakah  yang  menyebabkan  masih  rendahnya  minat  siswa terhadap
pembelajaran matematika?
5)      Apakah yang menyebabkan masih rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep operasi bilangan bulat?
6)      Apakah yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa?
7)      Apakah penggunaan model pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar siswa dan pemahaman konsep operaasi bilangan bulat?
8)      Apakah model pembelajaran Guide Note Taking dapat meningkatkan minat belajar siswa?
9)      Apakah penggunaan model pemblejaran Guide Note Taking dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?
10)  Apakah penggunaan model pembelajaran Guide Note Taking dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dalam pokok bahasan operasi bilangan bulat?
3.      Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang dilakukan lebih efektif, efesien, terarah, dan dapat dikaji. Dalam penelitian ini dibatasi pada tiga permasalahan, yaitu:
1)      Aktivitas belajar siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan strategi Guide Note Taking.
2)      Hasil belajar matematika siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan strategi Guide Note Taking.
3)      Pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pokok bahasan operasi bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012.
4.      Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Bagaimanakah aktivitas belajar siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan strategi Guide Note Taking?
2)      Bagaimanakan hasil belajar matematika siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan strategi Guide Note Taking?
3)      Apakah terdapat pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pokok bahasan operasi bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012?
5.      Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a.       Tujuan penelitian
Bersarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Ingin mengetahui aktivitas belajar siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan strategi Guide Note Taking.
2)      Ingin mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan operasi bilangan bulat dengan menggunakan strategi Guide Note Taking.
3)      Ingin mengetahui pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pokok bahasan operasi bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012.
b.      Kegunaan penelitian
Sedangkan kegunaan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1.      Bagi Pendidik
a.       Memberikan kesempatan guru lebih menarik siswa dalam proses belajar mengajar serta memungkinkan guru dan siswa lebih mengenal benda konkret sebagai sarana belajar.
b.      Mengetahui  strategi  pembelajaran  yang bervariasi yang dapat
memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas,sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk mengatasi rasa kebosanan siswa dalam belajar matematika.
2.      Bagi Siswa
a.       Menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerja sama, dan kemampuan berkomunikasi serta mengembangkan ketrampilan berpikir tinggi siswa.
b.      Meningkatkan motivasi dalam belajar matematika sehingga dapat menumbuhkan minat belajar yang pada gilirannya akan membawa pengaruh yang positif yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar yang baik serta penguasaan konsep dan ketrampilan yang lainnya.
c.       Potensi siswa dapat lebih ditumbuhkembangkan agar menjadi lebih baik.
3.      Bagi sekolah
a.         Sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
b.        Agar dapat mengakomodir kebutuhan sarana dan prasarana pendukung berjalannya proses belajar mengajar.
4.      Bagi Peneliti
a.       Akan diperoleh pemecahan permasalahan dalam penelitian sehingga  akan  didapatkan   suatu   model  pembelajaran   yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b.      Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan khususnya tentang konsep matematika yang telah dapat diterapkan saat mereka terjun dilapangan. Dengan kata lain, mahasiswa siap mengembangkan profesinya sekaligus meneliti.
C.     Deskripsi Teoritis
1.      Hakikat dari Variabel Y
a.       Teori Belajar
Teori-teori belajar kaitannya dengan proses belajar banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ilmu jiwa, antara lain:
1)      Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya
(Nasution, 2001:53) mengemukakan  bahwa,  dimana   teori
ini jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, masing-masing daya dapat dilatih untuk pemenuhan fungsi seperti daya ingat, daya khayal, daya pikir dan sebagainya. Daya–daya tersebut dapat dilatih yang penting dalam pelatihan daya bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan daya–daya tersebut.
Selanjutnya (Nasution, 2001:55) menyatakan bahwa menurut teori ini pendidikan adalah apa yang tinggal, ialah hasil pembentukan daya itu. Bahan pelajaran tidak penting namun dengan daya yang telah terbentuk kita mudah mempelajari bahan pelajaran baru.
2)      Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Menurut (Aqib, 2010:44), menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari asosiasi dari berbagai tanggapan yang masuk ke dalam jiwa kita. Asosiasi itu biasanya terbentuk berkat adanya hubungan stimulus-response, disingkat S – R, menurut pandangan ini, belajar berarti membentuk hubungan-hubungan stimulus-response dan melatih hubungan itu agar bertalian erah. Belajar demikian sifatnya mekanis, seperti mesin dan akhirnya akan terbenruk kebiasaan-kebiasaan dan sejumlah ilmu pengetahuan. Penyelidik aliran ini adalah E.L. Thorndike.
3)      Teori Belajar Menurut Ilmu Gestalt
(Purwanto, 2010:100) mengemukakan teori ini seringkali pula disebut field theory atau insight full learning. Pendirian aliran ini bahwa keseluruhan dari yang lain lebih penting dari pada bagian-bagiannya. Bahwa manusia adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan dalam arti individu bertindak atas berbagai pengaruh, baik dari dalam ataupun dari luar individu.
Aliran ilmu jiwa Gestalt memberikan beberapa prinsip belajar yang berharga, antara lain:
i)        Manusia bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan tidak hanya  secara  intelektual,  tetapi   juga  secara fisik, emosional,
sosial.
ii)      Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungannya
iii)    Belajar berkembang sebagai keseluruhan dari masih dalam kandungan.
iv)    Belajar yaitu perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas.
v)      Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan memperoleh insight.
vi)    Belajar tidak mungkin tanpa kemauan untuk belajar.
vii)  Belajar berhasil kalau ada tujuan yang mengandung arti bagi individu.
viii)            Dalam proses belajar anak senantiasa merupakan suatu oragnisme yang aktif.
4)      Teori Belajar Menurut Teori Piaget
Menurut Muhibbin Syah (2001:144), teori Piaget yang membicarakan perkembangan kognitif, perkembangan dari tahapan sensorimotor (0–2 tahun), praoperasional (2–7 tahun), operasional konkret (7–12 tahun) dan operasional foral (12– 5 tahun).
b.      Pengertian Belajar
Mengenai pengertian belajar, berikut ini penulis mengutip pendapat para ahli tentang definisi belajar sebagai berikut:
1)      Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:121) mengemukakan bahwa:
Suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan perkataan lain, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
2)      Menurut (Slameto, 1995:2) berpendapat bahwa, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
3)      Menurut (Surya, 1989:3) mengemukakan bahwa, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”.
4)      Menurut   (Mc   Connel,  1989:27)  mendefinisikan   belajar  bahwa, “Belajar adalah pemodifikasian tingkah laku melalui pengalaman dan latihan”.
Dari definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam tingkah laku individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pengalaman dan latihan.
c.       Pengertian Hasil Belajar Matematika
Perolehan pengetahuan sebagai hasil belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan menfungsionalkan matematika, baik secara konseptual maupun secara mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam waktu tertentu atau dengan perkataan lain hasil perubahan tingkah laku dalam waktu tertentu.
Definisi tentang hasil belajar yang diberikan oleh (Suharsimi Arikunto, 1997:269) , “adalah tingkat pencapaian yang telah dicapai oleh anak didik atau siswa terhadap tujuan yang ditetapkan oleh masing-maing bidang studi setelah mengikuti program pengajaran dalam waktu tertentu”.
(Wirawan, 1996:202) menyatakan bahwa, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya sebagian dinyatakan dengan nilai-nilai dalam buku raportnya.
Sedangkan menurut (Alwi, 2001:17) yang dimaksud dengan, hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh murid dalam bidang studi tertentu yang diukur dengan menggunakan tes standar sebagai pengukur keberhasilan belajar seseorang.
Sehingga dengan memperhatikan pengertian hasil belajar yang dikemukakan  para ahli di atas,  maka dapat didefinisikan bahwa  hasil belajar adalah adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan dengan nilai-nilai yang diukur dengan menggunakan tes standar sebagai pengukur keberhasilan belajar seseorang.
Dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005: 215) disebutkan bahwa, “Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
(Nugroho, 1990:198) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Matematika merupakan alat dan bahasa dasar banyak ilmu.
Sedangkan (Ruseffendi, 1998:260) menyatakan bahwa: “Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”.
Dengan demikian, maka hasil belajar matematika adalah tingkat pencapaian yang telah dicapai oleh anak didik atau siswa terhadap tujuan yang ditetapkan oleh bidang studi matematika setelah mengikuti program pengajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan tes standar sebagai pengukur keberhasilan belajarnya.
2.      Hakikat dari Variabel X
a.       Proses Pengajaran
Siskandar (2004:1) menyatakan bahwa: “pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik (siswa) yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa”. Proses pengajaran adalah kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
Menurut (Kemp, 1994:12) mengemukakan bahwa “Proses pengajaran akan berhasil jika siswa memikul tanggung jawab utama dalam pencapaian semua tujuan pengajaran”. Tujuan pengajaran tersebut akan dapat tercapai jika anak didik atau siswa berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik tidak hanya dituntut dari segi fisik tetapi dari segi kejiwaan. Pelaksanaan proses pengajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru sehingga terjadi komunikasi dengan baik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pembelajar. Belajar mengajar merupakan dua kegiatan yang amat berbeda, tetapi antara keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suherman dan Winataputra (1992:17), bahwa :
Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi pengajaran yang disajikan oleh guru dapat diserap ke dalam struktur kognitif siswa, siswa dapat menguasai materi tersebut tidak hanya terbatas pada ingatan tanpa pengertian (Rote Learning) tetapi bahan pelajaran dapat diserap secara bermakna.
Dalam kegiatan belajar mengajar, masih sering ditemui kurangnya keterlibatan siswa sehingga siswa lebih bersifat pasif yang menyebabkan banyak siswa yang tergantung pada materi yang disajikan oleh guru dari pada menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang mereka butuhkan. Tugas guru didalam melaksanakan proses pengajaran bukan saja sebagai penyaji materi dan sumber informasi tetapi juga sebagai fasilitator dan motivator. Guru dituntut kemampuannya untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar secara optimal dalam proses belajar mengajar sehingga siswa terlibat secara aktif dan ikut mengambil bagian didalamnya.
b.      Metode Belajar Aktif
Menurut (Silberman, 2006:66), pembelajaran aktif (active learning) adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran tersebut. Selanjutnya menurut (Bonwell, 1995:34), pembelajaran aktif (active learning) memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1)       Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh guru melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
2)       Siswa tidak hanya mendengarkan pelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi.
3)       Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi.
4)       Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi.
5)       Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Lebih 2400 tahun lalu, Konfusius  (dalam Silberman, 2002) menyatakan 3 pernyataan sederhana yang mengungkapkan pentingnya belajar aktif yaitu:
1)      Yang saya dengar, saya lupa
2)      Yang saya lihat, saya ingat
3)      Yang saya kerjakan, saya paham
Pernyataan ini dimodifikasi oleh (Mel Silberman, 2002:54) dan diperluas menjadi paham belajar aktif (Active Learning Credo):
1)      Yang saya dengar, saya lupa
2)      Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
3)      Yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain yang saya mulai pahami
4)      Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan
5)      Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai
Belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau melihat sesuatu. Tetapi akan lebih baik lagi jika siswa dapat melakukan sesuatu terhadap informasi itu, dan dengan demikian siswa bisa mendapatkan umpan balik tentang seberapa bagus pemahamannya. Pendapat ini diperkuat oleh Jhon Holt (dalam Silberman, 2006) yang menyatakan bahwa proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan  hal berikut ini:
1)      Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri.
2)      Memberikan contoh
3)      Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi
4)      Melihat kaitannya antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain
5)      Menggunakannya dengan beragam cara
6)      Memprediksikan sejumlah konsekuensinya.
7)      Menyebutkan lawan atau kebalikannya
Tanpa kesempatan untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, bekerja, dan bahkan mungkin mengajarkan rekan sesama siswa, pembelajaran yang hakiki tidak akan terjadi. Pembelajaran aktif dapat meningkatkan minat siswa, (Silberman, 2002:56) menyatakan, “When learning is active, the learner is seeking something. He or she wants an answer to a question, needs information to solve a problem, or is searching for a way to do a job”.
c.       Model Pembelajaran Guide Note Taking (GNT)
Strategi Guided Note Taking merupakan strategi yang menggunakan pendekatan pembelajaran akitf (active learning). Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
(Zainal Muttaqien, 2010:22) mengemukakan bahwa strategi Guided Note Taking adalah strategi pembelajaran yang meski dalam pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari metode ceramah namun strategi ini cocok digunakan untuk memulai pembelajaran dan menghadirkan suasana belajar yang aktif sehingga peserta didik akan terfokus perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan dikembangkan dan materi yang berhubungan dengan kompetensi serta tujuan yang telah dirancang. Strategi ini juga dapat meminimalisasi kelemahan-kelemahan dari metode ceramah, yakni sebuah metode yang hanya mengandalkan indera pendengaran sebagai alat belajar yang dominan.
Selanjutnya (Wina Sanjaya, 2005:34) mengemukakan bahwa strategi Guided Note Taking atau catatan terbimbing adalah salah satu strategi untuk mengaktifkan kelas, dimana seorang guru menyiapkan media berupa bagan atau skema (handout), yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan ketika seorang guru sedang menjelaskan pelajaran dengan metode ceramah.
Menurut (Fatmawati, 2010:10) langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran Guide Note Taking adalah sebagai berikut:
1)      Memberikan ringkasan poin-poin utama dari materi pelajaran yang akan disampaikan.
2)      Kelompokkan siswa dengan anggota minimal dua orang atau perbangku.
3)      Bagikan bahan ajar (handout) yang sudah dibuat pada tiap kelompok.
4)      Mengkondisikan kelas dengan suasana yang hangat agar siswa tetap fokus.
5)      Memberi materi pengait sesuai materi yang akan dibahas.
6)      Sampaikan materi secara sistematis sesuai handout yang diberikan dengan memanfaatkan alat peraga yang ada.
7)      Mengajak siswa berperan dalam penggunaan alat peraga.
8)      Membimbing siswa untuk menyampaikan ide dan menyimpulka dari apa yang diperoleh.
9)      Guru dan siswa menganalisis suatu kasus.
D.     Kerangka Berpikir Dan Pengajuan Hipotesis
1.      Hubungan antara variabel X dengan Y
Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran matematika bisa diamati dari keberhasilan siswa. Keberhasilan itu sendiri dapat dilihat dari tingkah laku siswa, pemahaman dan penguasaan materi serta pencapaian hasil yang dapat dilihat dari perolehan nilai tes. Namun pada kenyataannya hasil yang dicapai masih rendah. Kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran ini, bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti penyampaian materi ajar yang kurang menarik dari guru, keterbatasan waktu, pengelolaan kelas yang kurang terprogram dan kondisi kelas yang tidak memungkinkan. Sehingga akan mempengaruhi konsentrasi siswa untuk menerima pelajaran.
Selain itu, dilihat dari segi strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih mengikuti metode-metode yang pada umumnya monoton. Sehingga memberikan situasi yang sama terhadap siswa dan akhirnya menimbulkan ketidaktanggapan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mengajar yang kurang optimal akan menyebabkan rendahnya hasil belajar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan dan faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa.
Dalam pemilihan model pembelajaran harus tepat dan perlu pemikiran dan penerapan yang matang. Agar tujuan pembelajaran matematika dapat terwujud, maka perlu suatu perencanaan dalam pembelajaran matematika di kelas dan metode pembelajaran yang sesuai. Salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam setiap pengajaran pada umumnya dan pada pelajaran matematika khususnya, diperlukan berbagai macam modal pembelajaran. Dalam hal ini digunakan model pembelajaran Guide Note Taking, karena dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan dengan permasalahan yang mengandung teka-teki sehingga membangkitkan rasa ingin tahunya untuk melakukan penyelidikan dan dapat menemukan sendiri jawabannya, dengan adanya panduan dari guru. Dengan demikian siswa akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar dan pada akhirnya peningkatan hasil belajar siswa dapat tercapai.
2.      Hipotesis Penelitian
Dari berbagai penjelasan dan pemaparan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
a.       Hipotesis kerja H­1
Terdapat pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pokok bahasan operasi bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012.
b.      Hipotesis Nihil H­0
Terdapat pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pokok bahasan operasi bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012.
E.     Metode Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih subyek penelitian adalah siswa MI Mathla’ul Awar Sukabakti Kabupaten Lebak, sedangkan waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 selama kurang lebih satu bulan yakni dari pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus  2011.
2.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012, yang terdiri atas kelas V A sebanyak 30 siswa dan kelas V B sebanyak 30 siswa.
b.      Sampel
Arikunto (1997:120) menjelaskan bahwa, “Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %, atau 20-25% atau lebih”.
Dengan demikian, maka pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Sehingga dalam hal ini sampel penelitiannya adalah seluruh siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012, yaitu kelas V A sebanyak 30 siswa terdiri atas 14 laki-laki dan 15 perempuan dan kelas V B sebanyak 30 siswa terdiri atas 13 laki-laki dan 17 perempuan. Kemudian dari kedua kelas tersebut ditentukan kelompok eksperimen yaitu kelas V A dan kelompok kontrol yaitu kelas V B.
3.      Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti. Desain eksperimen dalam penelitian ini menggunakan model Two Group Posttest Only Design Experiment (Arikunto, 2005: 212), yaitu eksperimen yang dilaksanakan  pada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dimana perlakuan dan pos tes diberikab pada kelompok eksperimen sementara pada kelompok kontrol hanya mendapatkan pos tes.
4.      Teknik Pengumpulan Data
a.       Metode dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal mengenai identitas siswa dan nilai nilai ulangan matematika pada saat siswa yang bersangkutan masih berada di kelas IV.
b.      Metode tes
Metode ini digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diadakan perlakuan yang berbeda. Bentuk tes yang digunakan adalah tes obyektif. (Suherman, 1993:75-76) mengemukakan kelebihan tes obyektif sebagai berikut:
1)      Hasil pemeriksaan bersifat obyektif
2)      Ruang lingkup materi yang diujikan lebih menyeluruh sehingga cukup representatif mewakili materi yang telah dipelajari siswa.
3)      Jawaban yang benar sudah tertentu dan pasti
4)      Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat
5)      Ketidakmampuan tes dalam bagian-bagian tertentu pada sebuah konsep/ topik lebih mudah dikenali secara langsung dari jawaban butir soal yang salah.
c.       Lembar Observasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas belajar siswa serta proses pembelajaran dengan model Guided Note Taking dilaksanakan.
5.      Teknik Analisis Data
Dalam hal ini, teknik analisis data yang digunakan adalah melakukan pengujian pengaruh implementasi model Guided Note Taking dalam pembelajaran pokok bahasan operasi bilangan bulat pada siswa dengan jalan membandingkan hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan uji-t.
Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a.       Analisis Instrumen           
1)      Analisis Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keabsahan suatu instrumen Arikunto (2000). Suatu alat pengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur yang hendak diukur dengan tepat. Dalam hal ini untuk menghitung koefisien validitas digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
keterangan:
rxy = koefisien validitas butir soal
N = banyak siswa peserta tes
X = jumlah skor item
Y = jumlak skor total
Kriteria analisis validitas tes yaitu setelah didapatkan harga rxy kemudian harga rxy tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel, dengan taraf signifikan 5%. Apabila rxy > rtabel, maka butir soal valid. (Arikunto, 1997:162).
2)      Analisis Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan terhadap suatu instrumen sebagai alat pengumpul data, instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya dan mantap.
Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen dapat digunakan beberapa rumus, sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan. Dalam penelitian ini reliabilias ditentukan dengan menggunakan rumus Kuder dan Richardson (K-R 20). Rumus K-R 20 digunakan untuk menentukan reliablitas suatu instrumen yang skornya 1 dan 0 misalnya soal objektif.
Dengan:
n = banyak sampel
pi = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi = proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal ke-i
jadi qi = 1 - pi
 = varians skor total
(Arikunto, 1997: 160)
Kriteria analisis validitas tes yaitu setelah didapatkan harga r11 kemudian harga r11 tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel, dengan taraf signifikan 5%. Apabila r11 > rtabel, maka butir soal tersebut reliabel. (Arikunto, 1997: 155).
3)      Analisis Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi siswa memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi.
Untuk mengetahui apakah suatu soal tergolong mudah atau sukar untuk digunakan suatu bilangan. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty indeks). Indeks kesukaran dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini:
          
Dengan:
P = Tingkat kesukaran soal
B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar item tersebut
JS = Banyak siswa yang mengikuti tes
Dengan kriteria:
0,00 ≤ P < 0,30 : soal dikatakan sukar
0,30 ≤ P < 0,70 : soal dikatakan sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah
(Arikunto, 1997: 210)
4)      Analisis Daya Pembeda
Menurut (Arikunto, 1997:216), “daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai”. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
          
Dengan:
DP   = daya pembeda soal
JA    = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas
JB  = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah
BA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas menjawab item tertentu dengan benar
BB  = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah dan menjawab item tertentu dengan benar.
PA = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab item tertentu dengan benar
PB = proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab item tertenti dengan benar
Kategori yang digunakan adalah:
0,00 - 0,20 : jelek
0,20 - 0,40 : cukup
0,40 - 0,70 : baik
0, 70 - 1,00 : baik sekali
(Arikunto, 1997: 213)
b.      Analisis Data
1.    Uji Prasyarat Analisis
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data.
1)      Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji kenormalan data. Rumus yang digunakan adalah statistik uji chi kuadrat sebagai berikut:
Dengan,
: chi kuadrat
  : frekuensi yang diobservasi
  : frekuensi yang diharapkan
     (Arikunto, 1997:290)
Kriteria uji normalitas yaitu setelah didapatkan harga      χ2 hitung kemudian χ2 hitung tersebut dikonsultasikan dengan harga  χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = K–3 dan taraf signifikansi α = 5%. Apabila dari hasil perhitungan didapatkan χ2hitung < χ2tabel maka data yang diuji adalah berdistribusi normal.
2)      Uji Homogenitas.
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Pengujian dilakukan dengan uji Fisher (uji F) sebagai berikut:
dengan,
F               : homogenitas yang dicari
MKk          : Mean Kuadrat Kelompok
MKd          : Mean Kuadrat Dalam
(Arikunto, 1997:293)
Kriteria uji homogenitas yaitu setelah didapatkan harga      Fhitung kemudian Fhitung tersebut dikonsultasikan dengan harga   Ftabel yang mempunyai dk pembilang sebesar (nb – 1) dan dk penyebut (nk – 1) serta taraf signifikansi α = 5%. Apabila Fhitung < Ftabel maka berarti kelompok ekperimen dan kelompok kontrol yang ditetapkan berasal dari populasi yang memiliki variansi yang relative sama.(Arikunto, 1997).
2.    Pengujian Hipotesis
Dalam hal ini uji statistik yang digunakan adalah uji statistik uji-t untuk satu pihak (pihak kanan). Adapun langkah-langkah dalam melakukan pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis yang akan diujikan dalam uji-t ini adalah sebagai berikut:
Ho : μ1 μ2
Ha : μ1 > μ2
μ1 : rata-rata data kelompok eksperimen
μ2 : rata-rata data kelompok kontrol
Untuk menguji ada tidaknya perbedaan dari kedua kelompok baik prestasi belajarnya diuji menggunakan uji t dengan rumus:
Dengan,
Keterangan:
                 : rata-rata nilai kelompok eksperimen
 : rata-rata nilai kelompok kontrol
    : simpangan baku
             : standar deviasi pada kelompok eksperimen
             : standar deviasi pada kelompok kontrol
 : banyak subjek kelompok eksperimen
 : banyak subjek kelompok kontrol
   (Sudjana, 2001:293)
Dari thitung yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan ttabel yang memiliki derajat kebebasan dk = N1 + N2 - 2 dan taraf signifikansi α = 5%. Kriteria pengujian adalah tolak hipotesis nol jika thitung > ttabel.
6.      Statistik Hipotesis Penelitian (Secara Matematika)
statistik hipotesis penelitian yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:
Ho : μ1 μ2
Ha : μ1 > μ2
μ1 : rata-rata data kelompok eksperimen
μ2 : rata-rata data kelompok kontrol
Keterangan:
H0   =     Tidak terdapat pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pokok bahasan operasi bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012.
H1  =   Terdapat pengaruh penerapan model GNT (Guide Note Taking) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa pokok bahasan operasi bilangan bulat pada siswa kelas V MI Mathla’ul Anwar Sukabakti Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012.
F.      DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
_______ Suharsimi. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Conel, Mc. 1998. Pengembangan MKDK. Semarang : KIP
Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Departemen Agama RI.
Fatmawati, Dani. 2010. Penggunaan Strategi Guide Note-Taking Dengan Mengoptimalkan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dan Pemahaman Konsep Kubus Dan Balok. Skripsi. UMS Surakarta: Tidak diterbitkan,
Nasution. 1982. Diktat Azas-Azas Mengajar. Bandung: Janer.
Nugroho, E. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: Cipta Adi Pustaka.
Purwanto, M. Ngalim. 2010. Pskologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.
Silberman, Melvin L. 2002. Active learning: 101 Cara Belajar Aktif. Bandung: Nusamedia.
Slameto. 1995, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suherman, Erman. 1992. Sistem Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin S. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

0 comments:

Post a Comment

  • Blogger news

  • Blogroll

  • About